Sebuah ruang, bernama rindu! Inilah rindu yang masih akan terus mengalir sampai ke senja. Aku ingin menulis catatan panjang untukmu. Catatan yang takkan pernah selesai kau baca. Sampai kelak kau dewasa dan tua sepertiku. Aku ingin menulis catatan panjang tentang kita. Suatu hari, kita pernah bertukar kata. Aku ceritakan kepadamu tentang sebuah kisah. Lalu kau kisahkan kepadaku sebuah cerita. Tentang bulan yang bulat purnama.

Inilah ruang sunyi yang kubangun dalam malam. agar sunyi tetap menjadi sunyi. Ramadhan kali ini, saya tiba-tiba teringat, bahwa saya sudah lama meninggalkan kebiasaan menulis di blog selama puasa. Sejak menikah, saya tak lagi menulis di blog itu. Itu artinya, saya melewati lima kali ramadhan. Blog yang saya tinggalkan saat saya masih sendiri. Dan kini, saya datangi, saat saya sudah memiliki seseorang untuk berbagi, dan dua anak yang selal.

Saung nu dijieun ku rasa cinta jeung asih, dina neuleuman hirup di dunya. Hiji tempat keur ngareureuhkeun kacape balas nikreuh puncakpuncak kasusah. tempat paranti niiskeun pikir, nenangkeun otak. Dimana katumbiri teh nyai? Nu aya ngan caah bandang. Naha srangenge teu bisa ngabagikeun suriang. Mumunggang langit geus kalimpudan ku haseup, mamang. Eweuh nu nyesa iwal ti tarajalna batu-batu nu meh aya di unggal titincakan.

Sebuah kisah akan selalu terulang dan terus terulang, mungkin kisah yang hadir disini sudah usang. tapi akan terus berulang pada masa sekarang bahkan masa yang akan datang. selamat membaca! March 31, 2005. Tiba-tiba aku teringat Nyai Ontosoroh. Perempuan yang sungguh luar biasa dalam karya tetralogi Pramoedya Ananta Toer. Pada mulanya Nyai Ontosoroh membenci tuannya yang bernama Tuan Mellema, atas sikap yang memperbudak dirinya. Tapi apa yang dilakukan Tuannya .