Tempatku lupakan sejenak masalah akademisi dan himpitan ekonomi. Tempatku mengejar mimpi, realita bergelimang materi. Tempatku tumpahkan berjuta emosi, bukan pornografi apalagi sensasi. Tempatku berkreasi dan beropini, bukan intimidasi hanya warna-warni. Tempatku tawarkan Opsi solusi bukan imajinasi. Tempatku eksis-kan diri, bukan retorika tanpa bukti. Tempatku lanjutkan mimpi penuh arti, bukan distorsi. tempatku cari jati diri bukan vandalisme tanpa arti. Email - suap di final AFF cup 2010.

Seperti teh manis yang kita cecap. Lalu berubah jadi apa saja. Dalam skenario garuda-sajak oleh harijogja. Kita bukan budak siapa siapa. Meski kita dikuasai oleh siapa saja. Negeri penguasa, dan kita bertanya. Pada siapa harus menghamba? Pada tuhan atau pada manusia. Pada keyakinan atau pada kenyataan.

Ambilah kayu garu di laut ranjau,. Asapi dengan dupa dan rapal mantra. Melingkar di lengan diikat tali kecapi. Karena di sebrang kayu garu adalah pintu. Menyimpan telanjang, malaikat dan penari. Dari kutuk ular air yang tulus memberkati. Puisi dan gelisah pantai menuju sore. Siapa nama angin malam ini. Ah, tuhan-kekasih yang mencatat tempias tangis.

Pagi-pagi benar kau berangkat lewat pintu belakang. Isyarat kokok ayam , isyarat derita. Kau bisa saja berangkat lewat seribu pintu. Dan sampai di seratus benua,. Tapi hatimu akan kau damparkan di pantai mana? Coba bilang, dimana kau sembunyi sekarang? Aku akan menjemputmu dengan kapalku. Ini aku datang menjemputmu! Gadis manis tak baik berkepala batu. Kepala roti keju atau kue bolu.

Hal yang paling menggairahkan tentang puisi adalah sekali kau benar-benar masuk ke dalamnya maka kau takkan pernah menemukan jalan keluar. Minggu, 30 Maret 2014. Pada rintiknya kuselip benih sebutir;. Pada rinainya kutitip kata sebisik;. Pada derainya dulu aku berlarian;. Kini diam di ujung jalan. Tidak juga basahnya tubuh yang membuat aku menggigil. Hanya saja titik-titik air di kepalaku yang kau tabur.