Me is Me, and I will fight for my Freedom to be ME. Sunday, December 31, 2017. Aduh tau-tau hari ini sudah hari terakhir di 2017. Cepet banget sih waktu berlalu. Padahal resolusi 2017 belum ada yang terwujud. Sekarang udah harus mikirin resolusi 2018 lagi.

Kenangan itu, datangnya seperti popcorn yang meletup sekenanya di panci yang menyala. Kenangan itu, rasanya seperti biji-biji jagung yang merekah sesukanya. Kenangan itu, meledak seketika. Saya harus pindah, untuk membuatnya lebih mudah. Perpindahan memang makan waktu, mengepak barang yang sudah lama berdebu. Belum lama, pada hari saya wisuda, Sky mengepak semua barang-barang saya yang tertinggal dalam kardus.

Sepertinya orang-orang tahu orientasi saya. Ibu, adik, sepupu. Ini karena saya tidak dapat menyembunyikan perasaan ketertarikan saya pada wanita. Tidak hanya itu, saya paling suka emoh ngomong kalau kapan nikah, meski masih umur 20, ibu saya sudah mulai neror-neror mana pacar, apalagi saya tertua. adik-adik saya sibuk cerita masalah cowoknya. Tentu saja saya berkata mati-matian tidak.

Seburuk apapun lukisan hidup yang tergambar, pajanglah di dinding-dinding hati karena di suatu hari ketika kita punya kesempatan untuk menengok ke belakang dan melihatnya, kita akan tersenyum. Pernahkah kau merasa ingin menghapus seseorang yang pernah hadir mengisi indah hari-harimu? Lima menit pertama berlalu. aku tak berhasil mengingat apa-apa. gurat wajahnya mulai bisa ku ingat.