Engkau adalah lirih suara rindu dikejauhan, denting bunyi jiwa yang bertalu, dan kesejukan bening air surgawi yang membasuh jasadku. Diluar, dari sela jendela Gapuraku, di ujung Pembatas Terakhirku, pecinta tarung bertikai nafsu tanpa berjeda. Tempat mereka memelihara sengit persaingannya. Ooo, engkaulah peraduan kesahajaanku.

Kupeluk cahaya rembulan sepanjang malam, tertatih dan terengah mengejar bayang dirinya tak henti. Malampun terasa menggigit, menyentak batinku di antara gemuruh burung-burung malam yg beterbangan. Aku terdesah memeluk erat impian dan harapan yang tersisa agar tak tersambar kepak riuh sayap burung-burung malam yang berebut arah.

Hatta, musim telah berganti dan berkembang sudah pucuk bunga-bunga, dalam pelukan cta-cita kurangkul senyummu bertemu kembali. Ku gali lagi nostalgia, rinainya mencecah awan. Jangan kau lupa milik kita bersama kan tetap menjadi cermin masa yang akan datang. Tuesday, May 6, 2008. Buat iseng-iseng aja mengingat lelucon tua jaman baheula. tapi maaf temenku si Rei bilang.